Meski meniti karir di birokrasi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Departemen Agama RI, sekarang Kementerian Agama RI, sejak 1989 hingga jabatan tertinggi sebagai Direktur Penerangan Islam, Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam menjelang pensiunnya, Juraidi tetap lekat dengan PTIQ, almamaternya.
Di sela-sela menjalankan tugasnya sebagai aparatur sipil negara di Kemenag, dia merelakan waktunya untuk mengajar di PTIQ secara ikhlas. Karir pekerjaannya tergolong cukup moncer. Dia meniti karirnya sebagai PNS dari staf, eselon IV, III, dan II. Dia pernah menjabat sebagai Kepala Subdirektorat Pemberdayaan Lembaga Zakat, kemudian Direktur Urusan Agama Islam Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama Republik Indonesia (2017-2019), Direktur Penerangan Agama Islam (2019-2021), dan akhirnya kembali mengabdi ke Universitas PTIQ sebagai dosen DPK sejak 2022.
Sebagai alumni PTIQ, peran dan aktivitas Juraidi di bidang keagamaan, khususnya di bidang kealquranan tidak diragukan lagi. Dia tidak sekadar hafal Al-Qur’an 30 juz, dia juga memiliki suara yang bagus (dzawil ashwat). Sejak Madrasah Aliyah, dia sudah menjadi Ketua OSIS di MAN Palangkaraya, 1980.
Begitu juga pada saat masuk PTIQ, dia tergolong aktif dalam berbagai organisasi, baik di internal kampus maupun eksternal kampus. Sebagai mahasiswa dan alumni PTIQ, dia tidak ketinggalan dalam kegiatan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ), hingga menjadi peserta MTQ tingkat nasional. Karirnya di MTQ mengantarkannya menjadi hakim MTQ tingkat daerah, nasional, dan regional. Tidak mengherankan, sejak mahasiswa sudah memiliki jiwa sosial keagamaan yang kuat.
Juraidi mengakui bahwa PTIQ berkontribusi besar dalam membentuk dirinya dalam berkhidmat kepada agama, bangsa dan negara. Selain sebagai aparatur pemerintah di Kemenag, dia banyak berkiprah di organisasi-organisasi keagamaan dan kealquranan, di tingkat lokal hingga nasional.
Dia pernah menjadi Wakil Ketua Himpunan Qari-Qariah Kalimantan (HIQKAL), Wakil Sekretaris Ikatan Persaudaraan Qari-Qariah Hafizh-Hafizhah (IPQAH) Nasional, Wakil Ketua Ittihad Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) Nasional, Wakil Ketua III Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Pusat, dan Sekretaris Umum LPTQ Nasional pada 2018. Organisasi-organisasi tersebut merupakan organisasi yang sangat akrab dengan kehidupan dan kompetensi para mahasiswa dan alumni PTIQ.
Selain itu, di tengah-tengah masyarakat, Juraidi juga aktif di berbagai yayasan sosial keagamaan dan kemasyarakatan. Selain menjadi pembina Yayasan Al-Khairiyah, dia juga menjadi pelopor untuk mendirikan Yayasan Perguruan Islam Al-Fajar, Bekasi dan SMA Dwi Warna, Parung. Pada saat wabah pandemik covid-19 terjadi, dia menggagas santunan bagi para ustadz dan guru ngaji dengan menggandeng BAZNAS dan BPKH. Bersama Baznas, ada 1.000 orang yang disantuni. Dan bersama BPKH berhasil menjangkau 3.000 orang se-Indonesia.
Saat covid-19 merajalela, saat itu bulan Ramadan 1440 H/2020, Juraidi juga menyelenggarakan MTQ Nasional secara online bekerjasama dengan televisi INDOSIAR selama sebulan penuh. Acara INDONESIA MENGAJI "Ramadhan di Rumah Saja" itu disambut baik masyarakat luas. Sebab, saat itu, masyarakat tidak bisa berkegiatan akibat pandemi covid-19. Di tengah cekaman virus ganas itu, justru gema Al-Quran berkumandang melalui media televisi, dan merupakan MTQ online pertama kali di Indonesia.
Tidak hanya aktif secara praktis dalam kehidupan sosial keagamaan, Juraidi juga cukup produktif menuliskan pengetahuan dan gagasannya. Di antara karya-karya yang diterbitkan adalah “Perbudakan dalam Perspektif Al-Quran” Tahun 1998, Bina Rena Pariwara, Jakarta; “Petunjuk Merawat Jenazah & Shalat Jenazah” Tahun 2007, Kalam Indonesia; “Khatam Al-Quran”, 2015. Dan tentu sebagai dosen DPK Universitas PTIQ, karya-karyanya masih akan terus mengalir.
“Ulumul-Quran, seperti tahsin, tahfizh, tafsir, dst, merupakan modal yang sangat berharga yang saya dapat di PTIQ, sehingga saya bisa berkiprah di masyarakat, dan di pemerintahan,” ungkap alumni PTIQ asal Kalimantan Selatan ini suatu ketika.