Ahmad Rofiuddin Mahfuzh


Di sebuah kampung sederhana di Kalidadi, Lampung Tengah, pada tahun1980, lahir seorang anak yang kelak akan menjadi salah satu putra terbaik di bidang Al-Qur'an. Ahmad Rofiuddin Mahfuzh, begitulah nama yang diberikan orang tuanya, tumbuh dengan lingkungan religius yang kuat di tanah Lampung.

Perjalanan intelektualnya dimulai ketika pada tahun 2000 ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke PTIQ Jakarta. Selama menempuh studi di kampus yang dikenal sebagai pusat studi Al-Qur'an ini, Rofiuddin tidak hanya menyelesaikan pendidikan sarjananya di bidang Tarbiyah pada tahun 2005, tetapi juga berhasil menghafal seluruh 30 juz Al-Qur'an. Prestasi ini menjadi landasan kuat bagi perjalanan hidupnya selanjutnya.

Setelah menyelesaikan S1, Rofiuddin melanjutkan pendidikannya di program Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir PTIQ, yang berhasil diselesaikannya pada tahun 2009 dengan tesis berjudul "Dzul Qurba dalam Perspektif Al-Qur'an". Selama masa studinya, ia aktif dalam berbagai organisasi, baik organisasi kemahasiswaan maupun keagamaan, yang mengasah kemampuan kepemimpinannya.

Kembali ke Lampung setelah menyelesaikan pendidikan, Rofiuddin tidak hanya membawa pulang ijazah, tetapi juga tekad kuat untuk mengembangkan pendidikan Al-Qur'an di tanah kelahirannya. Dengan semangat yang membara, ia mendirikan Madrasah Aliyah Unggulan Tahfizh dan menjadi pengasuh PPTQ Al-Mukhlisin Lampung. Melalui Yayasan Al-Mahfuzhiyah yang dipimpinnya, ia berhasil menciptakan pusat pendidikan Al-Qur'an yang berkualitas.

Prestasinya di bidang Al-Qur'an pun tidak main-main. Rofiuddin pernah meraih juara Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat nasional untuk cabang hafalan 30 juz dan tafsir. Kemampuannya ini kemudian mengantarkannya menjadi dewan hakim MTQ di berbagai tingkat, mulai dari provinsi Lampung, DKI Jakarta, hingga tingkat nasional.

Selain aktif sebagai pendidik, Rofiuddin juga menjalankan peran sebagai imam Masjid Istiqlal dan dosen, menyebarkan ilmu yang dimilikinya kepada masyarakat yang lebih luas. Keahliannya dalam tilawah, tahfizh, dan tafsir Al-Qur'an membuatnya sering dilibatkan dalam berbagai program pemerintah terkait pengembangan Al-Qur'an.

Meski telah mencapai banyak prestasi, Rofiuddin tetap rendah hati. Ia menganggap PTIQ sebagai wasilah yang telah membentuk dirinya. "PTIQ menjadi jalan bagi saya untuk mengembangkan dan mempertajam kemampuan dari rumah, serta menjadi wadah untuk bisa berkiprah di masyarakat," ujarnya penuh syukur.

Namun, sebagai alumni yang peduli, ia juga menyampaikan harapannya agar PTIQ tetap mempertahankan jati dirinya sebagai pusat studi Al-Qur'an. "Program Qur'an adalah ciri khas PTIQ. Semestinya dengan berkembangnya berbagai metode pembelajaran Al-Qur'an, PTIQ bisa menjadi garda terdepan dengan program unggulan yang menghasilkan lulusan yang benar-benar hafal Al-Qur'an," tuturnya.

Prinsip hidupnya sederhana namun mendalam: "Seperti orang NU yang lama yang baik tetap dipertahankan, sambil mengambil yang baru yang lebih bermanfaat." Prinsip inilah yang terus mendorongnya untuk berkontribusi lebih besar dalam dunia pendidikan Al-Qur'an, tanpa melupakan akar tradisi yang telah membentuknya.

Hingga kini, di usianya yang telah menginjak awal 40-an, Ahmad Rofiuddin Mahfuzh tetap setia pada misinya: menjadikan Al-Qur'an bukan sekadar hafalan, tetapi pedoman hidup yang diamalkan dan diajarkan kepada generasi penerus. Melalui lembaga-lembaga pendidikannya di Lampung, ia terus menebar manfaat, membuktikan bahwa ilmu Al-Qur'an yang diperolehnya di PTIQ benar-benar dapat mengubah kehidupan masyarakat.

About the Author

IKAPTIQ

Pengurus IKAPTIQ

Pengurus Ikatan Alumni PTIQ Jakarta

Cari Tokoh Di Sini

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *