Anis Agus



Drs. H. M. Anis Agus, SQ lahir di Banyuwangi 16 Agustus 1954, Anis sejak kecil dididik dalam lingkungan keluarga yang sangat religius. Ayahandanya, KH. Ahmad Qusyairi Shiddiq adalah salah seorang kiai, pengasuhg pesantren di daerahnya. Hampir seluruh keluarganya sudah menjadi hafidz/hafidzoh yang kini juga memimpin pesantren melanjutkan perjuangan orang tuanya.

H. M. Anis memulai pendidikan formalnya di MI Kalibaru banyuwangi (1963-1967), Madrasah Tsanawiyah 6 th (1973), dan meraih gelar sarjana di PTIQ (1984). Pendidikan non formal: Pondok Pesantren Khusus Bahasa Arab Dar al-Nasyiin, Lawang Malang (1962 —1963), Pondok Pesantren As-Salafiyah Pasuruan (1967 — 1971), Pondok Pesantren Al-Hidayah, Lasem (1972) Pondok Pesantren Al-Munawir Yogya (1972 — 1974).

Ia mulai masuk PTIQ pada tahun 1975. Satu angkatan dengan H. Muntaha Azhari (alm), H. Muammar ZA, Shahib Tahar (Ketua Lajnah Pentasihih Mushaf Al-Quran Depag RI) dan lain-lain. Setelah lulus dari PTIQ, ia bermaksud pulang kampung untuk memimpin pesantren dan menyebarkan ilmu yang telah diperolehnya selama di PTIQ, tetapi rektor saat itu, Prof. KH. Chatibul Umam, menyarankan untuk mengabdi di PTIQ dan diangkat sebagai staff biro akademik PTIQ 1984.

Setahun menjalani profesinya sebagai staff biro akademik, Anis merasa kurang bermanfaat  ilmunya jika hanya bertugas sebagai “tukang ketik”. Akhirnya, setelah dilihat nilai akademiknya cukup baik dan layak untuk mengajar, maka mulai tahun 1985 ia diangkat menjadi dosen PTIQ. Kemudian menjadi kepala biro akademik PTIQ (1986 — 1988), wakil dekan Fakultas Syariah PTIQ (1987-1989), Dekan Fakultas Syariah PTIQ (1990-1933), Pjs. Pembantu Rektor II (1993 — 1995), Pembantu Rektor III (1996-2000), Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (2001—2005).

Tahun 2005 ia “pamit”  untuk tidak aktif secara langsung PTIQ lagi dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengurus kegiatan-kegiatan di bidang  sosial dan keagamaan yang telah dirintisnya sejak tahun 1980-an, khususnya di wilayah Jakarta Timur. H. Anis menjadi pembimbing pengajian di beberapa masjid  maupun instansi-instansi pemerintah/swasta, serta menjadi dai di berbagai daerah bahkan sampai ke negeri Jiran sejak 1980 — sekarang. Sebagai Pengasuh pesantren Darul Hikmah (1990-sekarang), pendiri yayasan Riyadus Sholihin (1993- sekarang), pembimbing haji/umroh Yayasan At-taqwa (1994-1996), pembing haji/umroh Muslimat NU (1997-2002), Pendiri Yayasan Insan Madani (2003-sekarang), pembimbing haji/umrah Yayasan Insan Madani (2003-sekarang), pembimbing haji/umrah Hijaz Tours & Travel (2004-sekarang), Ketua Penelitian dan Pengembangan Lembaga Dakwah NU (2004 -2009), Pendiri yayasan Al-Islamiyah (2005 — sekarang). Dari berbagai aktifitasnya mengurus berbagai yayasan dan mengajarkan Al-Quran, ia merasa mendapat “barokah”nya. Salah satunya adalah berulang-ulangnya ia menjalankan ibadah haji dan umrah ke tanah suci Makkah, yang diyakininya sebagai berkah Al-Quran.

Mengembangkan Al-Quran adalah cita-citanya sejak lama. Kira-kira Tahun 80-an, Masykuri Abdillah dan teman-temannya dibimbing oleh Dr. Tolhah Hasan,  mengadakan penelitian seberapa jauh orang DKI mampu membaca Al-Quran. Dari hasil penelitian, tercatat sekitar 5% orang DKI yang bisa baca Al-Quran. Atas dasar itu, ia merasa tidak perlu menjadi pegawai negeri karena ada garapan yang lebih hebat yaitu mencerdaskan orang DKI khususnya untuk bisa minimal membaca Al-Quran, bahkan mereka faham dan bisa mengamalkan.

Ia juga bermaksud mendirikan pesantren Al-Quran untuk Balita, sebagaimana pesantren yang didirikan oleh kakaknya di Sedayu, Jawa Timur. Ia lalu mempersiapkan lahan seluas 1000 M di Jati Asih. Namun, karena beberapa factor, cita-cita tersebut belum terealisasikan, dan akhirnya beralih di bidang social kemasyarakatan, khususnya sosialiasi al-Quran dan pengabdian masyarakat.

Menurutnya, pada umumnya para santri berasal dari golongan menengah ke bawah, ada anak-anak yang pandai tapi dari sisi ekonomi tidak mampu untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Dari situlah ia terdorong untuk melakukan kegiatan di bidang social. Membantu pendidikan mereka mulai dari tingkat SD, SMP, bahkan sampai Perguruan tinggi. Sampai sekarang ia mengasuh 400-500 anak yatim dari beberapa tempat /yayasan ia dirikan.

About the Author

IKAPTIQ

Pengurus IKAPTIQ

Pengurus Ikatan Alumni PTIQ Jakarta

Cari Tokoh Di Sini

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *