Mohammad Ustman Ansori

Haji Mohammad Ustman Ansori, SQ, MA, Al Hafizh atau lebih populer dengan panggilan  Ustadz Koko Liem semakin berkibar saja belakangan ini.

Alumni PTIQ angkatan 2001 (Fakultas Tarbiyah) mulai dikenal khalayak saat ikut acara mimbar Da'i TPI. Semakin dikenal lagi setelah bukunya Mukjizat DUIT berhasil memasuki pasar.  Tanggal 21 Nopember 2010 yang lalu, Masjid Asy-Syarif Al-Azhar BSD City mengundang Koko Liem mengisi ceramah Dhuha.

 Haji Mohammad Ustman Ansori, SQ, MA, Al Hafizh yang memiliki nama Tionghoa sebelum muslim Liem Hai Thai, namun sekarang da’i berkacamata ini lebih akrab disapa Koko Liem lahir pada 17 Januari 1979 di Dumai Riau dari sepasang suami istri berdarah Tionghoa, Liem Guanho dan Laihua.

 Koko Liem merupakan anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Sejak kecil ia dididik dalam keluarga pemeluk agama Budha yang taat. Bahkan ayahnya adalah seorang aktivis Klenteng.

Setelah masuk Islam pada 21 Juli 1994, Utsman yang biasa dipanggil Koko Liem itu terus mendalami agama barunya dan memutuskan untuk untuk berdakwah.

Keislaman Koko Liem tidak didapat secara instan. Saat duduk di kelas dua sekolah dasar negeri, Koko Liem mulai mengenal Islam, baik melalui lingkungan tempat tinggalnya maupun di sekolah. Saat ada pelajaran agama Islam, tak seperti anak-anak non-muslim lain di SD nya, Koko Liem memilih tidak keluar kelas saat pelajaran agama Islam berlangsung. Koko Liem kecil senang mendengarkan kisah nabi-nabi oleh guru agama Islam disekolahnya. Sebab ketertarikannya akan kisah-kisah para Nabi itu menggiringnya untuk mengenal Islam lebih dalam. Sejak saat itu, Koko Liem terus mengikuti pelajaran agama Islam dan selalu hadir dalam setiap acara peringatan hari besar Islam di sekolahnya. Meski demikian, setiap petang ia tetap bersembahyang bersama keluarga dirumah untuk menyembah pay pekkong. Walaupun beragama Buddha, kecintaannya terhadap Islam pun semakin terpupuk. Ditambah suara adzan yang didengarnya setiap hari dan takbir menjelang Idul Fitri, makin menggetarkan sukmanya hingga membuatnya meneteskan air mata.

Setelah masuk SMP Syeikh Umar – Dumai Riau, Koko Liem tetap melanjutkan tradisi tidak mau meninggalkan ruang kelas saat ada pelajaran agama Islam, ia belajar di sekolah ini karena sekolah ini mau menerima murid yang berasal dari agama lain. Koko Liem kemudian memanfaatkan kesempatan mengikuti pelajaran agama Islam itu sebaik-baiknya. Ia berusaha membandingkan agama Islam dengan agama yang dipelajari dan dianutnya, yaitu Buddha. Pasalnya, setiap hari Minggu ia juga harus tetap ke vihara untuk belajar agama Buddha dan mendapatkan nilai agama itu, yang kemudian diserahkan ke pihak sekolah. Saat mengikuti agama Islam, Koko Liem sangat terkesan dengan kisah Nabi Ibrahim a.s. Kegundahan mulai merasuki batin Koko Liem. Setelah berkonsultasi kepada kakaknya Muhammad Abdul Nashir (Liem Hai Seng) yang lebih dulu masuk Islam, akhirnya ia memutuskan untuk menjadi muallaf ketika naik kelas kelas 3 SMP.

Setelah masuk Islam, kehidupan Koko Liem tak serta merta membaik. Justru sebaliknya, ia harus pindah dari Dumai ke Duri, Riau. Sebab, ayahnya sangat marah dan mengusirnya dari rumah. Sejak itu ia diasuh oleh seorang ulama Riau bernama KH. Ali Muchsin. Pengasuh Pondok Pesantren Jabal Nur di Kandis, Riau itulah yang mendorong tekadnya untuk menjadi da’i. Kemana pun Ali Muchsin berdakwah, putra aktivis Kelenteng Buddha yang bermata sipit dan berkulit putih itu berusaha untuk bisa mengikutinya. Koko sangat senang mendengarkan gurunya itu memberikan materi ceramah.

Latar belakang pendidikan formal Koko Liem diawali di SD 14 Dumai Barat, Riau, SMP Islam Mutiara Duri Riau pada 1995. Untuk mewujudkan niatnya terjun ke jalur dakwah, Koko Liem melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Daar El Qolam, Balaraja Banten sejak 1995 hingga 1999. Setamatnya dari Pondok Pesantren Daar El Qolam, Balaraja Banten, ia kembali melanjutkan di Pondok Pesantren Tahfizul Qur’an Raudhatul Muhsinin, Malang Jawa Timur. Pada tahun 2001, ia melanjutkan studinya ke Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Lebak bulus Ciputat hingga lulus 2005. Dan pada 2005-2008 kembali melanjutkan studi S2 nya di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) dengan mengambil Jurusan Konsentrasi Ilmu Tafsir.

Pada tahun 2001, Koko Liem dianugerahi jodoh dan menikah dengan Ima Ismawati, S.Thi, seorang hafidzah alumni Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Dari pernikahannya, Koko Lim kini dikaruniai dua orang putri.

About the Author

IKAPTIQ

Pengurus IKAPTIQ

Pengurus Ikatan Alumni PTIQ Jakarta

Cari Tokoh Di Sini

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *